Pages

Thursday, 11 October 2012

Memo Pendidikan


Ketika kita berbicara tentang memo, maka yang timbul dalam benak kita adalah surat kecil yang ditujukan kepada seseorang. Memo banyak digunakan oleh para pemimpin perusahaan atau sejenisnya sebagi sebuah instruksi atau himbauan kepada para bawahan. Memo sebagai alat bantu untuk mempermudah orang dalam menyampaikan informasi. Namun alangkah miris, ketika memo itu masuk keranah pendidikan, sebagai sebuah titipan yang berlebel himbauan. Ironis memang, ketika tahun ajaran baru memo sangat “laku” untuk digunakan oleh orang-orang yang ingin melanjutka pendidikan. Ya, memo dalam pendidikan diibaratkan sebagai titipan untuk memperlancar proses penerimaan siswa atau bahkan mahasiswa. Memo inilah yang dijadikan alasan oleh para pelaku dunia pendidikan untuk memperlancar proses penerimaan tersebut. Berbagai alasan itu muncul ketika melihat atau menilai dari segi kerabat, keluarga, teman, bahkan orang-orang yang tidak dia kenal. Dengan mengutamakan prinsip “sama-sama untung”. Ya, yang menerima merasa untung begitupun yang diterima. Namun mereka tidak berpikir bahwa keuntungan itu hanyalah sesaat. Yang selanjutnya adalah kualitas instansi pendidikan yang semakin menurun akibat dari penggadaian kualitas itu sendiri. Kualitas digadaikan demi kepentingan lain yang hanya bertujuan sebagai toleransi. Ketika pendidikan telah dipengaruhi oleh toleransi maka yang terjadi adalah kualitas pendidikan yang semakin hilang dan prestasi yang semakin pudar. Banyak dari masyarakat yang menilai bahwa terdapat sekolah atau perguruan tinggi yang berkualitas dan juga favorit sehingga mereka berlomba-lomba agar bisa masuk di instansi pendidikan tersebut. Salah satunya melalui “memo”. Akibatnya instansi tersebut ibarat instansi yang mati karena nilai toleransi, sehingga yang didapat bukanlah prestasi melainkan tidak lebih hanyalah sebatas nilai toleransi. Instansi pendikan bukanlah wadah toleransi apabila ingin mencapai sebuah prestasi. Wallahu’alam

No comments:

Post a Comment