Sekolah ini
masih terbilang sangat muda, usianya belum genap 10 tahun. Tapi ternyata usia
muda bukan menjadi alasan untuk tidak berprestasi apalagi kalah dengan yang
tua. Seamngat muda itu sangat terlihat dari kiprah sekolah ini. Banyak prestasi
telah diukirnya muai dari tingkat kabupaten, provinsi, nasional, bahkan
internasional.
Selama 3 tahun
kami di didik disini. Karena kebetulan sekolah ini menganut mazhab asrama.
Sehingga para siswa wajib tinggal disekolah. Proses belajarnya pun sangat luar
biasa. Jam 4.30 pagi kami harus sudah bangun dan mengikuti jamaah Shalat subuh.
Mungkin itu biasa bagi sekolah seperti pesantren, tapi ini sekolah umum yang
banyak siswanya juga dari SMP. Tapi lagi-lagi darah muda itu masih sangat luar
biasa. Pantas saja, Sukarno hanya butuh 10 pemuda untuk menggoncang dunia.
Buktinya anak SMA ini bisa rutin mengerjakan jamaah subuh setiap pagi, walaupun
ada beberapa yang pernah sesekali disiram juga, termasuk penulis.hehe
Jam 6.30
maksimal kami harus sudah ada diruang makan, karena kalau telat bisa tidak
sarapan. Makan pagi bersama, karena jam 7.15 kami sudah harus berada dikelas. Sekarang
saya berpikir ternyata perjuangan dulu sungguh luar biasa. Kalau dibayangin
mungkin serasa tidak sanggup, tapi setelah dijalani itu biasa saja. Makanya cita-cita
itu jangan hanya dibayangkan, tapi dijalani prosesnya pelan-pelan.
Layaknya sekolah
pada umumnya kami belajar mulai pagi, tapi yang tidak umum tidak ada istilah
tidak ada guru atau tidak belajar. Karena sudah terbiasanya, banyak dari teman
saya protes kalau gurunya tidak masuk atau telat. Padahal umumnya itu yang
diharapkan. Setengah 2 kami keluar kelas dan Shalat Jamaah dilanjutkan makan
siang. Jam setengah 3 kami harus masuk kelas lagi, belajar seperti biasa. Pakai
seragam, pergi sekolah, seakan akan itu waktu pagi. Ketika banyak sebagian
orang memanfaatkan waktunya untuk istirahat, kami belajar dengan semangatnya
layaknya panas matahari yang menyengat. Maklum ketika ada beberapa yang
bergantian sakit migrant ketika siang hari. Walaupun sakitnya hanya muncul rata-rata
seminggu sekali.. (pengalaman penulis)..
Malamnya, kami
mengikuti pengajian sampai jam 9 dilanjutkan dengan makan malam. Setelah itu
baru kami free. Walaupun tugas sudah siap menanti untuk dikerjakan. Itulah
rutinitas kami. Yang kadang membuat kami bosan, tapi kadang membuat kami ingin
pagi itu agar segera datang untuk kembali melaksanakan aktivitas.
Banyak dari kami
darah muda menikmati keadaan itu. Awalnya merasa dipaksa, namun terbiasa dan hasilnya
kami menjadi bisa. Mungkin untuk awal kami serasa berat. Tapi dengan tekad yang
kuat kami mampu menjalaninya, bahkan sekarang rindu akan hal itu. Betapa indah
masa-masa itu, masa putih abu-abu. Tidak ada proses yang membuat kita nyaman.
Tapi dalam menjalani proses itu kita bisa menyamankan diri kita.
Hasilnya terbukti,
prestasi-prestasi bermunculan, kekeluargaan dan kenyamanan terbentuk. Kami
merasa masa masa itu sangat indah, dan layak untuk dirindukan. Guru menjadi
orang tua, dan teman menjadi keluarga. Guru bukan hanya pendidik, pengajar tapi
juga pembimbing sekaligus pemngeyom bagi kami. Guru bukan hanya menjadi tempat
bertanya tentang pelajaran kala itu, tapi juga permasalahan kehidupan,
motivasi, bahkan keuangan lebih lucu lagi tentang calon pasanganpun kami curhat
kepada guru. Kami terbuka, sehingga guru mudah memberikan nasehatnya. Sungguh
luar biasa guru kami, mereka mengayomi layaknya orang tua dan memberikan
masukan untuk kebaikan kami di masa depan.
Tenyata memang
benar, seperti apa yang pernah disampaikan oleh guru pembimbing saya yang saat
ini menjadi kepala sekolah bahwa ini adalah salah satu proses yang suatu saat
kamu akan tau manfaatnya, bukan sekarang dirasakan, tapi nanti. Tidak ada
perjuangan yang sia-sia. Tidak ada hasil tanpa proses. Dan saat ini saya
merasakan keindahan itu, saya merasakan manfaatnya. Proses 3 tahun mengajarkan
berbagai macam ilmu yang sangat berguna baik kuliah maupun kehidupan. Rutinitas
yang kadang kita anggap bosan sesungguhnya melatih kita untuk disiplin dan
lebih menghargai waktu. Dan itu sesungguhnya sangat berguna dimanapun kita
berada.
Satu atap itu mengajarkan kita betapa
indahnya kebersamaan karena kita adalah keluarga. Saya yakin semua tidak lupa
akan hal itu. Walaupun saat ini kita semua berjauhan dan berbeda atap, tapi
yakinlah ikatan kekeluargaan itu masih sangat erat dan akan menjadi kekuatan
kita dimasa yang akan datang.
Karena keadaan
kita mampu, karena mereka kita bisa, dan karenaNya lah kita ditakdirkan untuk
bertemu.
No comments:
Post a Comment