Pages

Friday, 19 February 2016

Orang Aceh itu Bos


Aceh, yang merupakan daerah paling ujung barat Indonesia memiliki berbagai potensi alam yang sangat luar biasa. Kopi, pala, dan rempah-rempah lainnya subur ditanah Aceh. Provinsi yang memiliki kekayaan alam itu sudah pasti menjadi rujukan bagi para pengusaha dan pekerja. Aceh, setiap kali orang mendengar nama itu setidaknya ada 4 hal yang terbayang dalam benak mereka. 

Pertama, adalah perang. Ya, konflik yang begitu panjang melanda Aceh selama puluhan tahun tentu melekat dipikiran sebagian masyarakat Indonesia. Konflik ini berhasil diselesaikan dengan damai. Puluhan tahun konflik yang terjadi menyisakan trauma yang sangat dalam bagi rakyat Aceh. Dentuman senjata yang sehari hari terdengar, daerah seperatis yang menjadi julukan membuat daerah Aceh dikenal diseluruh negeri. 

Kedua, setiap orang mendengar kata Aceh yang terbayang adalah Tsunami. Peristiwa besar itu menyebabkan puluhan ribu nyawa meninggal. Bencana terbesar yang pernah terjadi dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia membuat tsunami dikenal oleh seluruh dunia. Aceh adalah aktor utama dalam peristiwa itu. Dunia mengenal Aceh salah satunya melalui tsunami. Bencana yang menyisakan trauma dan tidak akan pernah terlupakan oleh rakyat Aceh dan sejarah Indonesia.

Ketiga, Aceh dikenal atau identik dengan Ganja. Siapa yang tidak mengenal atau tidak tau tentang ganja Aceh yang konon kabarnya menjadi ganja ternikmat di dunia. Sering penangkapan di Medan atau Jakarta ganja berjumlah 1 ton atau ratusan kilo yang merupakan ganja Aceh. Hal ini bukan berarti di Aceh ganja itu legal, tetap juga dihukum. Namun, itu sebagai salah satu bukti pada dunia tentang kesuburan tanah Aceh walaupun salah dalam mempergunakannya.

Keempat, Aceh dikenal karena Syariat Islam nya. Cambuk, adalah hukuman yang sempat heboh dalam berbagai media nasional maupun internasional. Tentu ada pro kontra terkait hukuman ini. Namun hukum ini tetap diberlakukan didaerah yang berjuluk Serambi Mekkah tersebut. Syariat Islam yang menjadikan Aceh sebagai salah daerah Istimewa di Indonesia. Inilah yang menjadi pembeda Aceh dengan daerah lain. Keunikan Aceh yang menjadikannya daerah penuh dengan cerita. Daerah yang indah dengan dinamika yang ada.

Itulah Aceh, keempat hal itu setidaknya sering menjadi pertanyaan yang ditanyakan oleh orang-orang yang ada diluar Aceh. Mereka penasaran akan empat hal itu. Keempat hal itu pula yang menjadikan Aceh menjadi daerah yang tangguh dan kuat masyarakatnya. Mereka sudah mengalami yang namanya konflik puluhan tahun, dan juga pernah mengalami musibah yang sangat dahsyat, serta aturan syaria yang sangat kuat. Tapi, rakyat Aceh tetap mampu tegak berdiri dan memiliki semangat dalam mengembangkan daerahnya. Rakyat Aceh bukanlah orang-orang yang mudah putus asa atau pantang menyerah, mereka adalah orang-orang yang sangat suka tantangan sehingga menjadikannya menjadi rakyat yang kuat dan tangguh jika bersatu.

Berbicara tentang rakyat Aceh yang selama ini dikenal memiliki jiwa pejuang, sampai berjuang demi memerdekakan daerahnya akibat ketidak adilan yang dirasakan. Tapi itu dulu, karena ketika keadilan sudah didapatkan , rakyat Aceh mampu menerima dan akan mendukung berbagai kebijakan yang baik. Karakter orang Aceh yang dikenal keras selama ini muncul akibat keadaa, tapi kelembutan orang Aceh sesungguhnya akan menjadikan mereka diterima dalam berbagai keadaan yang ada.

Potensi dari masyarakat seperti ini sesungguhnya memilliki keunggulan dibanding dengan masyarakat daerah lain. Tidak ada istilah tedeng aling-aling dalam diri orang Aceh. Apa yang dirasakan,seringkali itulah yang disampaikan, tidak akan menyetujui hal yang tidak sesuai dengan hati. Hal ini bisa kita lihat ketika orang Aceh merasa apa disampaikan orang lain tidak sesuai maka dengan caranya, dia akan membantah walaupun orang tersebut sosok terhormat. Tanpa mengurangi rasa hormat, sering kali orang Aceh mengatakan tidak setuju. Itu lebih baik dari pada menyetujui didepan, tapi setelah dibelakang mengumpat dengan sendirinya. Inilah keunikan orang Aceh, yaitu sikap apa adanya.

Disini lain tentu orang Aceh memiliki kelemahan dalam menghadapi berbagai keadaan yang ada. Sering kita lihat orang Aceh yang kurang percaya diri dalam berbagai kesempatan. Itu diakibatkan bukan karena tidak bisa, melainkan sikap malunya apabila tidak berada dalam lingkungan yang sama. Dalam artian, kesendirian orang Aceh akan membuatnya merasa malu dan kurang percaya diri. Tapi ketika sudah menemukan lingkungan yang sesuai, kepercayaan dirinya akan melebihi dari orang – orang yang ada disekitarnya.

Kaitan dengan bos, tatkala ada seorang dosen menyebut orang Aceh itu bos. Itulah sebenarnya yang terjadi. Orang Aceh mentalnya bukan sebagai pekerja, tapi sebagai bos yang memberi kerja. Kenapa demikian? Karena orang Aceh dididik dengan keadaan alam yang begitu kaya dan keadaan daerah yang memiliki banyak potensi. Contoh kecil, berbagai proyek yang ada di Aceh seperti pembangunan  jalan atau yang lainnya, walaupun kontraktornya orang Aceh namun pekerjanya bukan dari Aceh.

Itu terjadi bukan karena orang Aceh sudah kaya, namun karena kebanyakan orang Aceh tidak mau atau malas untuk bekerja dengan tenaga. Lebih baik bekerja dengan pikiran maupun kata-kata. Itu bisa jadi kelebihan kita, maupun menjadi kekurangan kita sebagai orang Aceh. Mental dasar kita memang sebagai bos. Apakah mau kita orang Aceh bekerja keliling dari desa ke desa lain atau kerja bangunan dipanas-panasan. Sebagian besar dari kita mengatakan tidak mau. Karena sesungguhnya watak kita memang dididik untuk menjadi bos.

Pertanyaannya, apakah kita sudah siap atau mampu menjadi bos? Sebagai orang Aceh kita tidak mau menjadi buruh, walaupun keadaan sebenarnya menuntut kita menjadi buruh. Tapi dengan berbagai cara kita menghindari hal itu. Siapkah kita sebagai bos atau kita hanya bermental bos tapi tidak tau seperti apa menjadi bos. Sehingga hanya dimanfaatkan oleh orang lain.

Berbicara kesiapan, tentu itu menjadi bagian penting dalam diri orang Aceh. Mental sudah ada, namun ketika ilmu tidak ada maka mental akan menjadi mental pemberontak yang hanya berkoar-koar tanpa mampu untuk berbuat. Disinilah sebenarnya yang harus menjadi perhatian kita bersama sebagai orang Aceh untuk tetap menjaga mental kita agar mampu dimanfaatkan oleh ilmu yang kita miliki. Jangan sampai mental yang sudah tercipta menjadi bos dimanfaatkan oleh orang lain, sehingga hanya menjadi tim hore untuk orang lain.

Menjaga mental sebagai bos sebenarnya bisa dilakukan dengan berbagai cara. Salah satunya dengan ilmu, yaitu pemahaman kita tentang menyikapi berbagai keadaan yang ada merupakan modal utama untuk kita menjadi bos. Setidaknya kita menjadi bos dalam diri kita sendiri. Mampu mengatur diri kita sendiri dan bisa menjaga diri kita masing-masing. Setelah kita mampu menyikapi, maka hal yang penting adalah memperdalam ilmu yang sesuai dengan apa yang kita inginkan.

Memperdalam ilmu itu akan membuat kita semakin ahli dan suatu saat ilmu itu akan menghantarkan kita sebagai bos yang sesungguhnya. Jikapun tidak, setidaknya kita bisa menerima keadaan karena sudah memiliki pemahaman tentang menyikapi berbagai keadaan yang akan terjadi. Dengan begitu kita mampu untuk mengatur diri kita, dan juga kita mampu untuk mendorong diri kita melakukan hal-hal yang sesuai dengan mental sebagai orang Aceh yaitu bos.


Mampu mengendalikan diri menandakan kita sudah menjadi bos dalam diri kita. Tidak lagi sebagai pemberontak yang hanya berkoar koar, tapi menjadi pemberontak yang memiliki bukti tentangi apapun yang dikoarkannya. Semoga kita bisa menjadi bos dalam diri kita, dan terus menjaga karakter kita sebagai orang Aceh yang dikenal bermental bos. Orang Aceh memang memiliki karakter bos, dan itu harus kita manfaatkan untuk mewujudkan karya nyata bukan hanya sebagai label kosong yang tak ada artinya. Wallahu’alam..

No comments:

Post a Comment