Pages

Thursday, 10 October 2013

Golput, Karena Tidak ada lagi Pilihan di Negeri ini !!!


Beberapa bulan lagi kita dihadapkan pada pemilihan umum yang seyogyanya bagi masyarakat untuk menentukan pemimpin yang dapat mewakili aspirasi masyarakat daam pengambilan keputusan. Namun, ironisnya banyak masyarakat kita yang memilih untuk tidak menentukan pilihan atau yang sering disebut GOLPUT.  Rata-rata presentase golput di daerah mencapai kisaran 40 %. Angka yang besar ketika itu merupakan penentuan bagi pemimpin bangsa ini. Seakan ini sudah menjadi fenomena. Entah, masyarakat bosan memilih atau tidak ada orang yang dapat dipilih atau bahkan masyarakat kita bosan menenukan pilihan karena dianggap tidak ada perubahan setelah mereka memilih.


Bayangkan, pemimpin di negeri yang “katanya” merupakan negara berpengaruh didunia, tapi nyatanya dunia lah yang mempengaruhi negara ini. Bayangkan, ketika banyak pengelola negeri ini yang melakukan korupsi mulai dari tingkat desa hingga pusat. Eksekutif, legislatif, hingga yudikatif. Lantas lembaga apa yang bisa menjadi kepercayaan bagi masyarakat? Kalau ketiganya sudah tidak peduli terhadap masyarakat. Belum lepas dibenak ingatan kita menteri yang korupsi, dan ketika terjadi korupsi pada anggota DPR yang merupakan Leader di partai tertentu, ditambah lagi dengan kasus baru, yang melanda negeri ini. Ketua salah satu lembaga yudikatif yang sangat disegani bukan hanya di Indonesia tapi dunia mengakui, tertangkap melakukan korupsi dalam melakukan pengambilan kebijakan. Dalam pandangan masyarakat awam menganggap bahwa semua pemimpin sama saja, walaupun tidak semuanya.

Seakan terjadi pergolakan tersendiri menjelang pemilu. Saling selang antar partai. Partai A menganggap dialah yang baik dan menganggap partai B merupakan partai korup, bagitu juga sebaliknya. Berbicara itu seakan negeri sedang mempertontonkan balapan yang saling tabrakan. Sebut saja kasus Andi Malarangeng dari Demokrat, semua menghujat. Tidak lama berselang muncul kasus Lutfi Hasan dari PKS yang juga terkena kasus, partai lain juga menghujat. Ditambah lagi baru-baru ini ketika KPK juga menyeret kader golkar Chairun Nisa dan kader PDIP yang merupakan bupati Gunung mas dalam kasus suap ketua MK Mukhtar Akil yang juga kader Golkar.


Sebentar lagi Pemilu dan partai-partai merupakan partai besar yang ada di Negeri ini. Namun seakan semuanya sudah tersandung kasus. Opini dimasyarakat menganggap bahwa semua partai sama saja. Sama-sama buruknya. Dan 2014 masyarakat disuruh memilih orang-orang yang dapat dijadikan wakil dalam pemgambilan kebijakan dinegeri ini. Namun, ketika opini masyarakat bahwa semua partai sama buruknya, apa yang akan terjadi? Mereka semua tidak akan menentukan alias golput. Untuk apa memilih, ketika pilihan itu sama buruknya. Itu komentar yang keluar dari masyarakat. Memilih yang baik diantara yang buruk yang artinya tetap juga buruk. Kondisi inilah yang sekarang tercipta dimasyarakat sehingga meningkatkan angka golput dinegeri ini. Kalau sudah demikian maka negeri ini harus membutuhkan sosok yang bisa merangkul dan memberikan pemahaman bagi masyarakat itu. Mari mahasiswa kita ciptakan orang-orang yang demikian, sehingga kedepan masyarakat akan bisa menentukan orang yang tepat untuk dijadikan wakil bagi mereka demi kemajuan negeri Indonesia tercinta. Keburukan bisa diubah menjadi kebaikan ketika niat untuk menjadi baik dijalani dengan sungguh-sungguh. Wallahu’alam (dcp)

1 comment: